Di negara indonesia sendiri kasus bullying banyak terjadi. Tidak hanya di kalangan remaja, hebatnya kasus bullying ini terjadi dari kalangan SD hingga kalangan Mahasiswa.
Bully sendiri sebenarnya bukan merupakan kasus baru di negara jepang. Bully ini terjadi sudah sejak dahulu. Tidak sedikit remaja di jepang yang memutuskan untuk menjadi hikikomuri, lantaran sering sekali di bully oleh lingkungannya. Ada beberapa faktor penyebab bully itu sendiri.
- Kurang perhatian orang tua.
- Ingin dianggap pemimpin
- Pola asuh orang tua
Kasus Bullying di Negara Jepang
Pelaku ijime akan memberi teror mental korban. Penganiayaan fisik, pengucilan dan penghasutan lingkungan agar turut menjauhi korban adalah untuk menjatuhkan mental. Masyarakat Jepang memiliki sebuah pola yang disebut shuudan shugi.Pola tersebut menjelaskan jika seorang individu akan dilihat identitasnya dalam suatu kelompok, atau bisa disebut sebagai struktur masyarakat kelompok. Individu tidak dipandang bagaimana diri seutuhnya secara personal namun karena ia bergabung pada kelompok yang sama dengannya, misalnya satu profesi, kesamaan strata sosial atau kesamaan tingkat pendidikan.
Sejak masih usia dini, anak-anak Jepang sudah dibentuk pola pemikirannya untuk memahami shuudan ishiki (kesadaran untuk hidup berkelompok). Sejak usia taman kanak-kanak, mereka akan bergabung dalam sebuah kelompok kecil atau disebut kumi.
Jika sudah menjadi teman sepermainan satu kumi,maka akan menjadi hal yang tidak wajar kalau seorang anggota kumi bermain dengan teman diluar kelompok. Hal ini berkembang terus sampai seseorang memasuki usia remaja dan dewasa.
Diusia remaja dimana masa pencarian jati diri seseorang sedang terjadi, akan muncul kelompok-kelompok yang terbagi karena kesamaan jati diri, kondisi fisik, dan juga karena satu ekstrakurikuler. Mulai muncullah geng anak cantik, geng populer, geng anak pintar, geng olahraga dan lain-lain.
Kasus bullying sendiri semakin meningkat hari demi hari. Mulai dari body shaming, hingga kasus kekerasan fisik. TErnyata kasus bullying itu tidak memandang siapa dan dimana dia tinggal. Sekelas negara maju seperti Jepang ternyata juga sering terjadi kasus bullying.
Dari beberapa volunter yang kami wawancarai, hanya 2 orang yang bersedia di rekam dan dipublikasikan.
Mereka beranggapan bahwa bullying itu salah. Kita harus tetap memandang hati orang yang sedang kita bully. Mereka uga berpendapat, ketika kita di bully, kita tidak seharusnya diam. Tetapi berceritalah kepada orang orang terdekat kita seperti orang tua kita.
Berikut adalah cuplikan wawancara dari 2 volunter yang mengijinkan kami untuk merekam mereka.
Sebaiknya pikirkanlah lagi apa yang ingin kamu umpat dan katakan, terkadang kata kata umpatanmu itu bisa membuat hati orang lain terluka. INgat satu hal, bully itu tidak hanya terjadi pada kalangan remaja, biasakan, latih anak sejak usia dini untuk saling menghargai hati orang lain.
Pem-bully tidak lahir dari kalangan tertentu, tapi bisa dari kalangan manapun, mau kaya atau miskin, mau dari negara manapun, mau dari budaya manapun. Untuk orang tua, jangan berdalih "halah, hanya candaan anak anak, ntar juga berteman lagi".
Hilangkan kalimat itu di benak kalian. Anak kecil juga bisa jadi pembully. Mari kita sam sama menjaga hati.
Posting Komentar